Cari Blog Ini

Kamis, 14 April 2011

MAKNA, RUANG LINGKUP DAN METODE BERFIKIR FILSAFAT PENDIDIKAN


A.      PENDAHULUAN
Dalam Filsafat terdapat berbagai madzhab , aliran-aliran seperti materialisme, idealisme, realisme, pragmatisme, dan lain-lainnya. Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, sedang filsafat beraneka ragam alirannya. Maka dalam filsafat pendidikan pun kita akan temukan berbagai aliran, sekurang-kurangnya sebanyak aliran dalam filsafat itu sendiri.
























MAKNA, RUANG LINGKUP DAN METODE BERFIKIR FILSAFAT PENDIDIKAN
B.       PEMBAHASAN
1.         Pengertian Filsafat Pendidikan
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.
Beberapa aliran filsafat pendidikan;
a.    Filsafat pendidikan progresivisme. yang didukung oleh filsafat pragmatisme.
b.    Filsafat pendidikan esensialisme. yang didukung oleh idealisme dan realisme; dan
c.    Filsafat pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme.
Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal; menyala. tidak pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kehudayaan. Belajar berfungsi untuk :mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks.  Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.[1]
Dengan demikian jelaslah bahwa filsafat pendidikan itu adalah filsafat yang memikirkan tentang masalah kependidikan. Oleh karena itu ada kaitan dengan pendidikan, maka filsafat diartikan sebagai teori pendidikan dalam segala tingkat.
Dalam pengertian yang singkat Filsafat pendidikan adalah sebagaimana didefinisikan oleh Muhammad Labib al-Najihi, yaitu : suatu aktivitas yang teratur yang menjadikan filsafat itu sebagai jalan mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan.
2.         Ruang Lingkup Pemikiran Filsafat
Dalam memahami dan mengembangkan pemikiran kefilsafatan pendidikan perlu dipahami pola dan system pemikiran kefilsafatan pada umumnya. Pola dan system pemikiran kefilsafatan sebagai suatu ilmu adalah :
a.         Pemikiran kefilsafatan harus bersifat sistematis, dalam arti dalam berpikirnya logis dan rasional tentang hakikat masalah yang dihadapi;
b.        Tinjauan permasalahan yang dipikirkan bersifat radikal artinya menyangkut persoalan-persoalan mendasar samapai keakar-akarnya.
c.         Ruang lingkup pemikirannya bersifat universal artinya persoalan-persoalan yang dipikirkannya bersifat menyeluruh;
d.        Meskipun pemikiran-pemikiran yang dilakukan lebih bersifat spekulatif, namun didasari oleh nilai-nilai yang obyektif.
Pola dan system berpikir filosofis demikian dilaksanakan dalam ruang lingkup yang menyangkut bidang-bidang sebagai berikut :
a.        Cosmologi yaitu suatu pemikiran dalam permasalahan yang berhubungan dengan alam semesta, ruang, dan waktu. Serta kenyataan manusia sebagai ciptaan manusia;
b.        Ontologi: yaitu tentang pemikiran asal usul kejadian alam semesta, darimana dan ke arah mana proses kejadiannya.
c.        Philosophy of main: yaitu pemikiran filosofis tentang “jiwa” dan bagaimana hubungannya dengan jasmani serta bagaimana dengan kebebasan kehendak dari manusia (free will);
d.       Efistimologi : yaitu suatu pemikiran yang menyatakan apa dan bagaimana sumber pengetahuan diperoleh; apakah dari akal pikiran (rationalisme) atau dari pendalaman panca indra (empirisme) atau dari ide-ide (aliran Idealisme) atau aliran dari Tuhan (Theologisme);
e.        Axiologi :yaitu pemikiran tentang nilai-nilai tinggi dari Tuhan. Misalnya, nilai moral, nilai agama, nilai keindahan (estetika).[2]

3.         Metode Berfikir Filsafat Pendidikan[3]
Pendidikan merupakan aktivitas yang dilakukan oleh dan diperuntukkan bagi manusia. Pendidikan hanya dapat membentuk manusia yang humanis apabila hakekat kemanusiaan manusia dipahami secara komprehensif dan menyeluruh. Kesalahan dalam memberikan tafsiran atas eksistensi manusia berimplikasi pada kekeliruan dalam menghadirkan pendidikan serta membentuk menusia-manusia yang "tidak sehat". Pemahaman yang benar dan tepat tentang manusia dan pendidikan sangat diperlukan terutama oleh pendidik dan calon-calon pendidik dalam dunia pendidikan karena mereka dipersiapkan untuk menciptakan manusia-manusia baru.
Dalam perspektif sistemik untuk menilai keberhasilan suatu pelaksanaan pendidikan dalam membangun sumber daya manusia yang lebih baik, kreatif, dan normatif memerlukan kajian secara simultan dan mendalam atas berbagai unsur yang secara sistemik mempengaruhi keberhasilan tersebut, yaitu; input, process, output, dan outcome. Perspektif sistemik mempercayai bahwa keberhasilan pendidikan yang baik perlu di-back up oleh input, process, dan output yang baik.
Untuk bisa terselenggaranya suatu proses pendidikan yang baik, tidak hanya dibutuhkan pengalaman-pengalaman empirik yang diperoleh melalui observasi dan kajian-kajian yang bersifat scientifik, akan tetapi juga sangat dibutuhkan pemahaman dan penguasaan yang baik dan tepat terhadap konsep-konsep dasar tentang manusia dan pendidikan itu sendiri.
Kaitan antara metodologi filsafat dan Filsafat Pendidikan, Ismail Thoib menilai bahwa posisi filsafat dalam filsafat pendidikan adalah sebagai metode berpikir, sedangkan pendidikan adalah sebagai objek yang dipikirkan. Dalam posisinya sebagai metode berpikir, filsafat dalam filsafat pendidikan berfungsi menelaah kahekat dan fenomina pendidikan, filsafat menggunakan kaidah-kaidah berpikir yang menjadi ciri khasnya, yaitu kritis, sistematis, metodis, dan koheren.
Kritis disini, berarti semua pernyataan atau penegasan yang diberikan di dalamnya harus mempunyai dasar yang kuat dan dapat dipertanggungjawabkan secara nalar. Anggapan-anggapan yang ada tidak diterima begitu saja tanpa diselidiki alasan atau dasar kebenaran-kebenarannya.
Ciri-ciri utama berpikir kritis adalah bahwa tidak menerima dan atau menolak begitu saja temuan-temuan pemikiran yang sudah ada. Seorang yang berpikir kritis selalu berupaya mendekati suatu objek pemikiran dengan sangat hati-hati. Ia tidak menolak sesuatu kecuali dengan argumentasi-argumentasi yang masuk akal.
Begitu pula sebaliknya, ia tidak akan menerima begitu saja sesuatu tanpa alasan yang jelas. Seorang yang kritis adalah orang yang menerima atau menolak sesuatu dengan alasan yang jelas. Baginya, kebenaran tidak identik dengan banyak atau sedikitnya orang yang mendukung atau menolak. Kebenaran akan tetap merupakan kebenaran, meskipun tidak banyak orang yang mendukung. Begitu pula sebaliknya, kebatilan akan tetap merupakan kebatilan, meskipun banyak orang melakukan kebatilan itu sendiri.
Sedangkan berfikir sistematis berarti ada suatu ide dasar yang menyeluruh dan mempersatukan semua unsur-unsurnya sehingga pikiran-pikiran dan pendapat-pendapat yang dikemukakan jalin menjalin secara runtut. Metodis, orang mempergunakan suatu metode atau cara pendekatan tertentu. Koheren, berarti ada pertalian logis antara pemikiran-pemikiran atau pernyataan-pernyataan yang diberikan.
Filsafat dapat dibedakan dari ilmu-ilmu yang lain dan atau yang membuat suatu pengetahuan dapat disebut filosofis adalah cirinya yang bersifat menyeluruh (comprehensive) dan mendasar (radical). Apabila ilmu-ilmu lain merupakan pengetahuan kritis, metodi, sistematis, dan koheren tentang suatu bidang tertentu dari kenyataan, filsafat bermaksud untuk menyelidiki seluruh kenyataan. Kalau ilmu-ilmu lain secara metodi bermaksud memaparkan dan memberikan penjelasan yang sifatnya empiris dan kodrati, filsafat berhajat untuk mencari penjelasan yang mendasar dan berusaha untuk memasuki dunia meta-impiris dan adi kodrati sejauh itu dapat ditangkap oleh akal budi. Filsafat bermaksud untuk mengerti secara mendalam semua hal yang timbul di dalam keseluruhan lingkup pengalaman manusia.







C.       KESIMPULAN
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal.
Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal; menyala. tidak pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis.

Pola dan system pemikiran kefilsafatan sebagai suatu ilmu adalah :
1.         Pemikiran kefilsafatan harus bersifat sistematis, dalam arti dalam berpikirnya logis dan rasional tentang hakikat masalah yang dihadapi;
2.         Tinjauan permasalahan yang dipikirkan bersifat radikal artinya menyangkut persoalan-persoalan mendasar samapai keakar-akarnya.
3.         Ruang lingkup pemikirannya bersifat universal artinya persoalan-persoalan yang dipikirkannya bersifat menyeluruh;
4.         Meskipun pemikiran-pemikiran yang dilakukan lebih bersifat spekulatif, namun didasari oleh nilai-nilai yang obyektif.
Berpikir kritis adalah bahwa tidak menerima dan atau menolak begitu saja temuan-temuan pemikiran yang sudah ada. Seorang yang berpikir kritis selalu berupaya mendekati suatu objek pemikiran dengan sangat hati-hati. Ia tidak menolak sesuatu kecuali dengan argumentasi-argumentasi yang masuk akal. Berfikir sistematis berarti ada suatu ide dasar yang menyeluruh dan mempersatukan semua unsur-unsurnya sehingga pikiran-pikiran dan pendapat-pendapat yang dikemukakan jalin menjalin secara runtut. Metodis, orang mempergunakan suatu metode atau cara pendekatan tertentu. Koheren, berarti ada pertalian logis antara pemikiran-pemikiran atau pernyataan-pernyataan yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/web/resensi/2.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar